Thursday, April 28, 2011

Bab 9 Manusia dan Harapan

RINGKASAN MATERI
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia.Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.

A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia
2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian
dengan integritas dengan iman dan kepercayaan

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat

1. Teori Corespondence ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.

2. Teori Consistency ® Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

3. Teori Pragmatisme ® Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.

4. Kebenaran Religius ® Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Studi kasus :

Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan
kesadarannya tak mungkin tanpa kebenaran. Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
5. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia
6. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio
7. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
8. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.
Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.
Ukuran Kebenarannya :
- Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran
- Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain
- Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran
Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian. Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.

Opini :
menurut saya kebenaran itu adalah hanya milik Tuhan kita yang maha esa Allah SWT, karena tidak ada yang paling benar selain Dia, segala kebenaran yang ada pada manusia pasti ada salahnya juga. ksalahan datangnya dari manusia dan kebenaran datangnya dari Allah SWT.
serta juga segala harapan-harapan yang kita inginkan jangan lepas dari usaha dan doa, karena tidak akan ada hasil tanpa kedua hal tersebut. dan jangan lupa selalu mengingat tuhan kita masing-masing supaya kita tidak lupa atas segala hasil yang telah tercapai kini tidak lepas dari pertolongan tuhan kita yakni Allah SWT.

Bab 8 Manusia dan kegelisahan

KETIDAKPASTIAN (Uncertainty)

Ketidakpastian adalah konsep risiko yang sangat inti. Kita dapat mengatakan bahwa konsep ketidakpastian mengimplikasikan keraguan mengenai masa yang akan datang yang didasari pada kekurangan dan ketidaksempurnaan pengetahuan. Jika kita mengetahui apa yang akan terjadi, maka risiko tidak akan pernah menjadi risiko. Kita akan mengatahui jika kendaraan kita akan mengalami kecelakaan, rumah kita akan terbakar, atau kita akan mengalami gangguan kesehatan yang membutuhkan biaya besar, atau pencuri akan masuk ke rumah kita. Namun sayangnya kita tidak mengetahui hal-hal yang demikian dan oleh karenanya kita senantiasa berada dalam ketidakpastian atau lingkungan yang berisiko.

Pada intinya, terdapat 4 komponen risiko yang kesemuanya berada dalam ketidakpastian (uncertainty, Yaitu:

• Komponen sumber daya atau resources. Baik Sumber daya alam, manusia, keuangan, dan lain sebagainya.

• Komponen peristiwa atau perils yang mengancam. Misalnya Kebakaran, Tabrakan, Banjir, Gempa bumi dan peril-peril lainnya.

• Komponen akibat atau consequences dari hal-hal tersebut.

• Komponen hazards atau faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadi/tidaknya peristiwa yang mempengaruhi tinggi/rendahnya akibat (ada physical hazards dan moral hazards)

Setelah melihat keempat komponen risiko yang penuh ketidakpastian tersebut, secara rasional harus dilakukan apa yang dinamakan dengan manajemen risiko, untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan berdampak fatal.

Pada pembahasan berikutnya, kita akan membahas hubungan antara Tingkat Keparahan Resiko (Severity), dan Frekuensi terjadinya resiko.


Studi Kasus :
Pada intinya, terdapat 4 komponen risiko yang kesemuanya berada dalam ketidakpastian (uncertainty, Yaitu:

• Komponen sumber daya atau resources. Baik Sumber daya alam, manusia, keuangan, dan lain sebagainya.

• Komponen peristiwa atau perils yang mengancam. Misalnya Kebakaran, Tabrakan, Banjir, Gempa bumi dan peril-peril lainnya.

• Komponen akibat atau consequences dari hal-hal tersebut.

• Komponen hazards atau faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadi/tidaknya peristiwa yang mempengaruhi tinggi/rendahnya akibat (ada physical hazards dan moral hazards).

opini :
Menurut saya komponen komponen diatas merupakan hal yang memang bisa menjadi penyebab manusia merasakan kegelisahan dalam kehidupannya karena faktor ketidakpastian tersebut, dan juga faktor faktor diatas adalah sesuatu hal yang tidak dapat kita duga-duga, bisa saja terjadi cepat ataupun lambat, yang penting kita harus selalu siap menghadapi segala sesuatu hal yang terjadi pada diri kita sendiri maupun keluarga kita masing-masing.

Monday, April 11, 2011

BAB 7 - Manusia & Tanggungjawab serta Pengabdian


Nama Dosen : Ninuk Sekarsari
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

Nama : Satrio adhy baskoro
NPM : 16110409
Kelas : 1 KA 33




  • Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan,pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.


Macam-macam Pengorbanan/Pengabdian

Sebetulnya muculnya pengabdian karena adanya rasa tanggung jawab, baik terhadap Tuhan sebagai Penciptanya terhadap diri sendiri, terhadap keluarga dan terhadap masyarakat. Oleh karena itu pengabdian pengabdian dibedakan antara lain :

  • Pengabdian terhadap Tuhan yang Maha Esa
yaitu penyerahan diri secara penuh terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawabnya yang juga diikuti oleh pengorbanan. Contoh: Umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, melakukan zakat, melaksanakan kurban dan sebagainya, itu semua tidak lain adalah untuk pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa.

  • Pengabdian kepada masyarakat
ini timbul karena manusia dibesarkan dan hidup dalam masyarakat, sehingga sebagai perwujudan tanggung jawabnya kemudian melakukan pengabdian juga pengorbanan. Contoh: Seorang mahasiswa yang telah lulus, kemudian berusaha memajukan pendidikan di desanya dengan mendirikan sekolah, walaupun tanpa imbalan apapun, ia lakukan demi kemajuan desanya.

  • Pengabdian kepada raja
yaitu suatu penyerahan diri secara ikhlas kepada rajanya, karena dianggap yang melindunginya, walaupun sekarang jarang terjadi. Contoh: Seorang gadis dengan suka rela dijadikan selir oleh rajanya.
  • Pengabdian kepada negara
timbul karena seseorang merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian (kelangsungan) negara dan demi persatuan kesatuan bangsa. Contoh: Dalam usaha merebut kembali Irian Barat dari penjajah Belanda, banyak pemuda yang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan.
  • Pengabdian kepada harta
ini terjadi karena seseorang memandang bahwa harta yang menghidupinya, sehingga tindakan- tindakannya semata- mata demi harta. Kadang- kadang ia tanpa menyadari justru mengorbankan dirinya untuk mempertahankan hartanya, yang akhirnya tidak dapat menikmati hartanya.
  • Pengabdian kepada keluarga
ini timbul karena keinginan untuk membahagiakan keluarga dengan terpenuhinya kebutuhan secara lahir dan batin secara layak.

Jadi dengan melihat pengertian maupun macam- macam pengabdian/ pengorbanan, memahami arti dan makna pengabdian dan pengorbanan, diharapkan kita meneladaninya, karena sebenarnya hakekat pengabdian/ pengorbanan adalah merupakan usaha memikul tanggung jawab dan melaksanakan kewajiban sebagai manusia.


Studi Kasus


Desember. Bulan yang marak akan ungkapan kasih sayang untuk seorang ibu. Merupakan bulan yang manis untuk menutup perjalanan panjang selama setahun dengan kembali merefleksi diri tentang sosok yang menghadirkan kita ke dunia yang indah ini, sekali lagi, ibu.

Sering kita lupa juga lalai akan kontribusi dan pengorbanan yang beliau lakukan. Padahal jika ingin menghitungnya pun seluruh harta kekayaan kita tak akan pernah mampu membayar lunas semua yang pernah ia berikan.

Teringat kembali suatu kisah inspiratif mengenai kita sebagai anak yang sering kali mengeluh jika ibu meminta tolong sesuatu. Atau kita sebagai anak yang tak jarang juga membantah apa yang beliau ucapkan. Ibu, dengan kesabaran yang luar biasa juga dengan tenaga yang seolah tidak pernah ada habisnya selalu siap siaga dan tak pernah mengeluh mengapa Tuhan menciptakan dirinya menjadi seorang ibu.

Pernahkah kita sadar bahwa sering kali ibu mengorbankan keinginan dan kepentingan dirinya untuk kita agar kita hidup lebih nyaman. Ingatkah kita juga betapa cintanya tak pernah berkurang meski sering kali kita tak bersikap manis di hadapannya.

Juga tentang dirinya yang selalu berani mengambil risiko, apapun itu, agar kita sebagai anaknya mampu menjadi seseorang untuk dunia. Lalu apakah beliau pernah protes kepada kita karena merasa diganggu dan dilupakan haknya sebagai manusia yang juga pernah merasa lelah dan kecewa?
Ibu itu malaikat dunia. Mungkin Tuhan sengaja menciptakannya agar dunia ini lebih manusiawi. Bahwa ada sosok yang terlihat begitu rapuh dan lemah tetapi sangat kuat dan tegar di dalamnya.

Seringkali kita terkecoh melihatnya sebagai sosok perempuan yang tidak berdaya apabila sendirian. Tetapi, nyatanya kita ditampar kenyataan bahwa mereka mampu mendobrak ekspektasi kita tentang daya tahannya.
Mengandung selama sembilan bulan. Kemudian melahirkan yang rasanya seperti berada di batas hidup dan mati. Lalu tak juga selesai tugasnya sebagai ibu merawat anak bahkan sampai akhir usia. Tak pernah tidurnya sangat lelap karena ia harus selalu terjaga siap siaga memberikan segalanya untuk kita. Anak yang selalu merepotkannya.

Pasti kita pernah menganggap omongannya tidak penting, berlebihan, tidak pula sesuai dengan perkembangan zaman. Tetapi, ternyata, semua yang beliau katakan mampu kita mengerti setelah kita juga menjadi orang tua kelak.

Betapa dia ternyata tak pernah berlebihan. Betapa dia sebenarnya tak pernah menginginkan kita bermuram durja. Atau dalam lubuk hatinya dia juga tak pernah ingin membuat kita malu dan rendah diri dalam menghadapi kerasnya dunia.

Semua yang beliau katakan mungkin saja perih yang dirasakan karena penyesalan di masa muda, dan dengan kelembutan hatinya dia tak ingin kita merasakan hal yang sama.

Ibu, sosok yang luar biasa “munafik”. Ia mampu bersikap dan berbicara berbeda dengan apa yang sebenarnya dirasakan. Padahal, hatinya sedang gundah gulana, sedih, atau kecewa. Tetapi, dia selalu meyakinkan kita bahwa semuanya baik baik saja. Hingga kita sering kali menjadi tidak peka dan malah melupakan bahwa ibu juga manusia biasa.

Kita pun lupa. Bahwa, ibu banting tulang tak kenal lelah mendampingi kita di usia muda. Kemudian kita dengan perasaan biasa saja meninggalkannya dan berusaha membuat dia jauh dari kehidupan kita.

Betapa sering kali kita tak mau mengurusnya di masa tua karena ia merepotkan. Padahal, jika kita sadar, manusia berumur tua sebenarnya kembali menjadi kita di masa bayi yang selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam segala aktivitas.

Kita lupa dan tidak sabar menghadapnya padahal dulu ia tak pernah menghina segala keterbatasan diri ini. Buat kita lebih prioritas kebahagiaan kita, cemerlangnya karier kita, berprestasinya anak anak kita, dan kita lupa bagai kacang pada kulitnya.

Untuk semua yang ia berikan dan lakukan kepada kita tak pernah ia meminta balasan. Melihat senyum kita dan rasa bangga yang ada saat kita mampu berdiri di atas dunia pun lebih dari cukup untuknya. Untuk semua kerja keras di balik itu semua, GRATIS itu katanya.

OPINI :
menurut saya seharusnya seorang ibu itulah yang harus paling kita hormati dan kita sayangi sebelum kita menyayangi orang orang lainnya, karena ibulah yang telah mengandung kita selama 9 bulan tanpa rasa keluh dan kesah serta yang melahirkan kita ke dunia yang penuh dengan rahmat ini.
Pengorbanan seorang Ibu untuk anaknya itu berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih. terkadang kita lupa akan jasa seorang ibu kepada kita dengan suka membentaknya ataupun melawannya sehingga kita bisa menjadi salah satu anak yang disebut anak durhaka.
maka dari itu hormatilah ibumu sayangi ibumu agar kita menjadi anak yang berbakti kepada orang tua kita.
wallahualam.

BAB 6 - Manusia & Pandangan Hidup


Nama Dosen : Ninuk Sekarsari
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

Nama : satrio adhy baskoro
NPM : 16110409
Kelas : 1 KA 33





Pengertian Usaha atau Perjuangan

Usaha /perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan terbatas timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya.


Tiga aliran filsafat :

1. Aliran Naturalisme
Aliran ini berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan hidup dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya.

2. Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Dengan akal diciptakan teknologi.

3. Aliran Gabungan
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu.




Studi Kasus



Setiap wanita pasti menginginkan menjadi wanita yang sukses dalam karier dan di dalam keluarganya. Untuk menjadi wanita yang sukses dalam dua hal tersebut memang perlu perjuangan ekstra keras, baik secara fisik maupun mental.

Menurut psikologi keluarga Wanda Anastasya MPsi, bahwa menjadi perempuan yang bekerja sekaligus ibu merupakan profesi yang sudah banyak di jumpai. Tapi tidak sedikit dari ibu yang bekerja merasa pesimis apakah mereka mampu berperan ganda dalam kehidupan berumah tangga dan bekerja.

Wanda memaparkan bahwa wanita yang memutuskan untuk melakukan peran ganda sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga, harus siap dengan resiko dan tanggung jawabnya bagaimanapun keadaannya.

Terkadang perasaan gagal menjadi ibu rumah tangga kerap sekali menghantui perasaaan wanita yang juga bekerja. Hal ini manusiawi karena tidak ada sesuatu di dunia ini yang bisa berjalan bersamaan. Apabila anda sudah mulai merasa seperti ini, langsung luruskan pikirian tentang kegagalan itu dan tetap jalani sebagai ibu rumah tangga dan karier dengan senang dan tanpa beban.

opini :
menjadi wanita karir adalah salah satu tanggung jawab yang tidak mudah dilaksanakan, tetapi jika memang memungkinkan menjadi wanita karir merupakan salah satu hal yang sangat baik sekali karena dapat meringankan beban kebutuhan keluarganya sendiri apalagi jika suaminya penghasilannya kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
jadi menjadi wanita karir itu merupakan hal yang boleh-boleh saja apabila memang tidak terpaksakan oleh kebutuhan keluarga, tetapi juga harus memperhatikan kasih sayang terhadap keluarganya juga jangan sampai pekerjaannya menjadikan lalai terhadap perhatian keluarganya.