Nama Dosen : Ninuk Sekarsari
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Nama : Satrio Adhy Baskoro
NPM : 16110409
Kelas : 1KA33
Nama Baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang disekitamya, itu adalah suatu kebanggaan batin yang tak temilai harganya.
Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “jagalah nama keluargamu!” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik!”. Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Hakikat Pemulihan Nama Baik
Pada hakikatnya pemulihan nama baik itu adalah kesadaran yang disadari oleh manusia karena dia melakukan kesalahan di dalam hidupnya, bahwa perbuatan yang dia lakukan tersebut tidak sesuai dengan norma – norma atau aturan – aturan yang ada di lingkungan hidupnya, selain itu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nama baik seseorang adalah karena perbuatan yang mereka lakukan itu tidak sesuai dengan aklakul karimah (akhlak yang baik menurut sifat – sifat Rasulullah SAW).
Ada tiga macam godaan yang sangat rentan terhadap tercemarnya nama baik seseorang. Tiga macam godaan tersebut adalah Tahta, Harta, dan Wanita. Apabila seseorang tidak dapat menguasai nafsunya maka kemungkinan besar ia akan terjerumus ke jurang kenistaan karena untuk memperoleh Tahta, Harta , dan Wanita terkadang seseorang harus melakukan cara – cara yang tidak wajar tidak bersih, dan tidak sesuai dengan akhlak dan moral yang telah ditentukan oleh agamanya. Misalnya melakukan fitnah, berbohong, meyuap, mencuri, merampok, dan menempuh segala jalan yang diharamkan oleh agamanya.
Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Studi Kasus
Kasus yang dialami ustadz Jefrry Al Buchory, pada masa mudanya dahulu. Dahulu ketika beliau masih belum menjadi ustadz beliau adalah seorang yang tindakan dan sikapnya jauh dari moral dan akhlak sesuai dengan agama islam yang dianutnya. Dahulu beliau adalah penikmat dunia malam, mabuk – mabukan, narkoba dan sebagainya.
Sehingga beliau sulit diterima oleh orang – orang, tetapi dukungan dari orang – orang terdekatnya ditambah hidayah yang datang dari Allah SWT yang menhendakinya untuk menjadi orang yang baik telah mengubah hidupnya hingga 360 derajat. Tentu pemulihan nama baik beliau di masyarakat luas butuh proses dan tidak instan, jika kita benar – benar serius untuk bertaubat dan berubah menjadi manusia yang lebih baik itu sangat sulit, tetapi beliau sangat serius ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi, akhirnya dengan kesungguhan hatinya beliau bisa berubah dan kini beliau menjadi teladan bagi masyarakat luas. Pengalaman masa lalunya dia anggap sebagai sebuah pengalaman yang sangat berharga karena dengan pengalamannya itu dia kini dikenal sebagai ustadz gaul yang di kagumi oleh seluruh lapisan masyarakat baik itu kaum muda, dan kaum orang tua.
Opini :
Dalam studi kasus diatas, pemulihan nama baik adalah cara yang harus dilakukan bagi orang yang misalnya sudah tercemar nama baiknya karena perbuatannya sendiri, pada diri seorang ustadz Jefri Al-Buchori (uje), pemulihan nama baik yang dilakukannya adalah sesuatu yang memang cukup sulit baginya, karena sebelum ia bertaubat ia terjerumus dalam lembah kemaksiatan yang sangat susah untuk dihilangkan dan umum ada di dalam masyarakat. tetapi seorang uje bisa melewati hal tersebut karena ia bersungguh-sungguh dalam menjalani taubatnya, dan bisa menjadi orang yang lebih bertakwa serta beriman secara istiqomah, sehingga dapat memulihkan nama baiknya bahkan bisa menjadi seorang ustadz ditengah-tengah kita sekarang. Hal inilah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi kita, mungkin kita tidak terlibat dalam maksiat yang nyata seperti dilakukan seperti dilakukan oleh uje dulunya, seharusnya kita menjadi lebih baik daripada seorang uje. uje saja bisa kenapa kita tidak bisa???.
No comments:
Post a Comment