PENDAHULUAN
Merupakan
kegiatan yang paling menantang (dan membingungkan) bagi manajer operasi, hal
ini diakibatkan :
a.
Pada
hakekatnya sering terjadi konflik antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan
pekerja dan kelompok pekerja dengan kebutuhan-kebutuhan (berbagai persyaratan)
proses transformasi.
b.
Sifat
unik setiap individu mengakibatkan munculnya bermacam-macam tanggapan dalam
wujud sikap, kegiatan phisik dan produktivitas dalam pelaksanaan tugas
tertentu.
Perubahan
karakter atau sifat tenaga kerja dan pekerjaan itu sendiri yang membuat
model-model tradisional perilaku pekerja dan ketepatan pendekatan-pendekatan
pengembangan kerja standar harus selalu dipertanyakan.
PEMBAHASAN
1. Peningkatan Dimensi Inti Pekerjaan
A. Faktor Sosial Dalam Motivasi.
Hubungan antara supervisor dan pekerja dan di antara teman sejawat mempengaruhi
iklim motivasi suatu perusahaan. Hubungan yang merugikan motivasi terjadi bila
manajemen tidak mempunyai arah yang jelas dalam hal prestasi perusahaan; bila
para supervisor bersikap otoriter, memberi perintah tanpa penjelasan dan tidak
sabar menghadapi pekerja yang merasa bosan, bekerja tanpa semangat dan merasa
tidak diberi kesempatan untuk maju; bila struktur birokrasi sangat kaku
sehingga tidak memungkinkan perubahan apa pun.
Iklim motivasi dapat menjadi baik bila
kelompok kerja diciptakan dan diarahkan dengan semangat kerjasama. Sasaran dan
tujuan kelompok kerja harus dijelaskan, dan masalah-masalah yang timbul dari
hari ke hari harus dipelajari dan diperhatikan. Di dalam kelompok kerja itu
dilakukan penggiliran kerja yang dapat mengurangi tingkat kebosanan. Tiap jam
pekerja diusahakan ganti tugas agar tidak cepat bosan.
B. Pemberian Perangsang dan Imbalan Demi Motivasi.
B. Pemberian Perangsang dan Imbalan Demi Motivasi.
Banyak ilmuwan perilaku berpendapat, uang sebagai faktor motivasi merupakan
imbalan yang rendah nilainya. Herzberg menyebutnya bukan motivator, tetapi
faktor higiene. Imbalan uang dapat memotivasi orang bila jumlah yang diterima
lebih tinggi dari jumlah yang diterima orang lain di dalam maupun di luar perusahaan.
Tetapi begitu penerimaan perusahaan merosot, uang imbalan justru merusak
motivasi.
Maslow mengemukakan hirarki kebutuhan
manusia. Tingkat pertama kebutuhan manusia adalah kebutuhan pangan, sandang,
dan papan. Tingkat yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan keamanan dan
keselamatan. Tingkat berikutnya adalah kebutuhan untuk diterima dalam pergaulan
sosial. Lalu kebutuhan akan penghargaan dan gengsi. Akhirnya, kebutuhan akan
pernyataan atau pemenuhan diri, yang terletak di puncak hirarki.
Imbalan dapat digunakan untuk memotivasi
orang memenuhi tiap tingkat kebutuhannya. Tetapi untuk setiap tingkat kebutuhan
ternyata diperlukan bentuk imbalan yang berbeda.
C. Training.
C. Training.
Training, sekalipun sering dilakukan, diremehkan sebagai faktor motivasi yang
ampuh. Peter Drucker menunjukkan bahwa justru dengan training terus-menerus
orang Jepang membuat pekerja makin besar tanggung jawabnya terhadap pekerjaan
dan alat yang digunakannya. Training membuat pekerja makin mengerti akan
prestasinya, prestasi bawahannya, prestasi sejawatnya, prestasi perusahaannya,
dan berusaha meningkatkan prestasi itu. Training menciptakan komunitas kerja
dan pekerja.
D. Peluang Untuk Berkembang.
Tidak setiap orang mau maju dan senang menerima tambahan tanggung jawab. Tetapi
tidak ada orang yang mau ditempatkan pada posisi yang tidak menjanjikan
kemajuan. Tanpa peluang untuk maju pekerja akan menyimpulkan bahwa perusahaan
tidak mempedulikan dan tidak membutuhkannya. Hal ini menghambat motivasi dalam
jiwa pekerja. Karena itu manajemen perlu menciptakan dan memberikan lebih
banyak peluang untuk maju.
2. Masalah Desain Ulang Kerja
Rancang Ulang Kerja, yaitu :
•
Rotasi Pekerjaan
•
Pemekaran pekerjaan (menambah jumlah dan keragaman tugas)
•
Pemerkayaan pekerjaan (meningkatkan sejauh mana pekerja itu mengendalikan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kerjanya).
SUMBER :
http://sengguruh.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/Chapter-XII-Desain-Kerja.pdf
No comments:
Post a Comment