Gelanggang Olahraga Bung Karno
Gelanggang Olahraga
(Gelora) Bung Karno adalah sebuah kompleks olahraga serbaguna diSenayan, Jakarta, Indonesia.
Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno,Presiden pertama Indonesia, yang
juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga
ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi,
pada masa Orde Baru,
nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Gelora Senayan. Setelah bergulirnya
gelombangreformasi pada 1998, nama kompleks
olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan
Presiden No. 7/2001[1].
Gedung olahraga ini dibangun mulai sejak pada
tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana
dan prasarana dalam rangka Asian Games
1962 mulai buka diresmikan sejak pada tanggal 24 Agustus 1962 yang diadakan di Jakarta.
Pembangunannya didanai dengan kredit lunak
dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS
yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.
Latar belakang
Selain sebagai tempat berolahraga, kawasan
Gelora Bung Karno oleh berbagai kelompok masyarakat sering dimanfaatkan sebagai
ajang temu. Selain itu pada awal tujuan dibangunnya stadion ini, Presiden Soekarno juga menginginkan kompleks olahraga yang dibangun untukAsian Games
IV 1962 ini juga hendaknya dijadikan sebagai paru-paru kota dan ruang terbuka
tempat warga berkumpul. Sebuah konstruksi khusus yang dibangun adalah atap baja
besar yang membentuk cincin raksasa dan melindungi para penonton dari hujan dan
panas, yang disebut oleh Bung Karno sebagai "Temu Gelang".
Fase pembangunan
Sebelum Asian Games 1962
Pembangunan Stadion Senayan
1961
§ 8 Februari 1960 - Presiden Soekarno menancapkan tiang pancang
Stadion Utama sebagai pencanangan pembangunan kompleks Asian Games IV disaksikan wakil perdana
menteri Uni Soviet, Anastas
Mikoyan.
§ Juni 1961 - Stadion Renang berkapasitas 8.000 penonton selesai dibangun. Bangunan
ini terdiri dari kolam tanding 50 meter, kolam loncat indah,
kolam pemandian dan kolam anak. Bagunan ini direnovasi ulang pada tahun 1988.
§ Desember 1961 - Stadion Madya (sebelumnya
disebut Small Training Football Field (STTF)) berkapasitas 20.000 penonton selesai dibangun. Berdiri
di areal seluas 1.75 hektardengan sumbu panjang 176.1 meter, sumbu pendek 124.2 meter dan dilengkapi dengan 2tribun; tribun barat dengan
kapasitas 8.000 penonton dan tribun timur dengan
kapasitas 12.000penonton. Bagunan ini direnovasi ulang pada tahun 1987.
§ 21 Mei 1962 - Istana Olahraga
berkapasitas 10.000 penonton selesai dibangun dan untuk
pertama kalinya digunakan untuk penyelenggaraan kejuaraan dunia bulu tangkis beregu putra memperebutkan Piala Thomas.
§ 21 Juli 1962 - Stadion Utama
berkapasitas 100.000 penonton selesai dibangun. Ciri khas
bangunan ini adalah atap temu gelangberbentuk oval. Sumbu panjang bangunan (utara-selatan)
sepanjang 354 meter; sumbu pendek (timur-barat)
sepanjang 325 meter. Stadion ini dikelilingi oleh jalan lngkar luar
sepanjang 920 meter. Bagian dalam terdapat lapangan sepak bola berukuran 105 x 70 meter, berikut lintasan
berbentuk elips, dengan sumbu panjang 176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.
§ 24 Agustus 1962 - Gedung Televisi Republik Indonesia Pusat sebagai stasiun televisi pemerintahan pertama di Indonesia selesai dibangun diresmikan
mulai dibuka.
Sesudah Asian Games 1962
§ 19 April 1965 - Awal pembangunan Kompleks DPR yang bertepatan dengan
peringatan satu dasawarsa Konferensi Asia Afrika dan juga sebagai salah satu
proyek The New
Emerging Forces (lihat: Ganefo).
§ 1970 - Gedung A dan Gedung B,
masing - masing berkapasitas 10.000 penonton selesai dibangun. Kedua gedung ini direncanakan untuk
menjadi gedung olahraga serbaguna. Gedung A
digunakan untuk mengadakan kompetisi untuk olahraga anggar sedangkan Gedung B
digunakan untuk mengadakan kompetisi senam.
§ 1970 - Gedung C berkapasitas 800 penonton selesai dibangun. Gedung
ini berjasa melahirkan para pe-bulu tangkis Indonesia kelas dunia seperti Rudy Hartono, Liem Swie
King, Icuk
Sugiarto dan Ivana Lie.
Era
Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan (YGOS)
Pada era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan
ini, terjadi banyak penyimpangan sehingga kawasan Gelora Bung Karno yang semula
luasnya 279,1 hektare ini telah menyusut hingga tinggal 136,84 hektare (49%)
saja.
Dari jumlah yang 51% itu, 67,52 hektare
(24,2% dari luas semula) digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah seperti Gedung
MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan,
Kantor Departemen Pendidikan Nasional,
Gedung TVRI, Graha Pemuda, kantor
Kelurahan Gelora, SMU Negeri 24, Puskesmas,
gudang Depdiknas dan rumah makan.
Sisanya yang 26,7% atau 74,74 hektare
disewakan atau dijual untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton,
kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia,
Hotel Atlet Century Park (dahulu Wisma Atlet
Senayan), Taman Ria
Remaja Senayan, Wisma Fairbanks, Plaza
Senayan dan berbagai bangunan komersial lainnya.
Era
Badan Pengelola Gelora Bung Karno (BPGBK)
Pada masa BPGBK ini dua buah bangunan di
kompleks Stadion Gelora Bung Karno akan dirubuhkan. Kedua bangunan tersebut
adalah Wisma Fairbanks dan Gedung Serba Guna di belakang hotel Century. Semula
Wisma Fairbanks diharapkan akan memberikan keuntungan kepada pihak BPGBK,
setelah perjanjian pembangunan dan penguasaan wisma tersebut selama 30 tahun
berakhir. Setelah dikembalikan, menurut pihak BPGBK bangunan itu tidak lagi
memenuhi syarat huni. Menurut rencana, sebagai gantinya akan dibangun sebuah
apartemen dan perkantoran, dengan 200 kamar yang akan disediakan untuk atlet.[2]
Daftar
Bangunan di Area Gelanggang Olahraga Bung Karno
§ dll.
No comments:
Post a Comment